Pages

Rabu, 12 Juni 2013

TITRASI IODIMETRI

Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada  penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium)  yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-).
Metoda ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metoda iodometri yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimetri termasuk titrasi redoks dengan I sebagai titran. Seperti  dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor,  sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi:
I2 + 2 e -  \rightarrow   2 I-
Contoh senyawa yang dapat ditetapkan dengan iodimetri adalah : H2S, Sn2+, As3+, N2H4, SO2,Zn2+, Cd2+, Hg2+, Pb2+, sistein, glutathione, ion sulfit mercaptoethanol, glukosa (dan gula-gula pereduksi lain), vitamin C.
Baku primer : kalium iodat, kalium kromat, arsen trioksida, tembaga
Baku sekunder : tentunya iodium (I­2) sebagai pentiter
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi, akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2-amilum.
Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodin dalam air nilainya kecil maka larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I3-.
I2 + I-  \rightarrow   I3-
Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.
I2 + 2OH-    \rightarrow    IO3-  +  I-  + H2O
Sedangkan pada keadaan asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai indicator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam.
4I- + O2 + 4H+   \rightarrow  2I2 + 2H2O
Hal penting lain yang harus diperhatikan, larutan iod merupakan larutan yang tidak stabil, bahkan masih memungkinkan untuk menguap,  sehingga perlu distandarisasi berulang kali.

Sumber :  http://catatankimia.com/catatan/titrasi-iodimetri.html

0 komentar:

Posting Komentar