Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium)
yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I
-).
Metoda ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metoda
iodometri yang sama-sama menggunakan I
2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimetri termasuk
titrasi redoks dengan I
2 sebagai
titran. Seperti dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada
oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan
oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang
bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi
tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam
metoda analisis ini analit dioksidasikan oleh I
2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi:
I2 + 2 e - 2 I-
Contoh senyawa yang dapat ditetapkan dengan iodimetri adalah : H
2S, Sn
2+, As
3+, N
2H
4, SO
2,Zn
2+, Cd
2+, Hg
2+, Pb
2+, sistein, glutathione, ion sulfit mercaptoethanol, glukosa (dan gula-gula pereduksi lain), vitamin C.
Baku primer : kalium iodat, kalium kromat, arsen trioksida, tembaga
Baku sekunder : tentunya iodium (I
2) sebagai pentiter
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi
biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau
kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi, akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji. Warna yang terjadi
adalah biru tua hasil reaksi I
2-amilum.
Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As
2O
3, As
2O
3
dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan
penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodin dalam air nilainya kecil
maka larutan I
2 dibuat dengan melarutkan I
2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I
3-.
I2 + I- I3-
Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran
asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine
dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.
I2 + 2OH- IO3- + I- + H2O
Sedangkan pada keadaan
asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai indicator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I
-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I
2 dengan adanya O
2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H
+ dari asam.
4I- + O2 + 4H+ 2I2 + 2H2O
Hal penting lain yang harus diperhatikan, larutan iod merupakan
larutan yang tidak stabil, bahkan masih memungkinkan untuk menguap,
sehingga perlu distandarisasi berulang kali.
Sumber : http://catatankimia.com/catatan/titrasi-iodimetri.html